LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK
LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK
A. DEFINISI
Katarak adalah penurunan
progresif kejernihan lensa, lensa menjadi keruh, atau berwarna putih abu-abu,
dan ketajaman penglihatan berkurang akibat hidrasi (penambahan cairan) pada
lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya. Biasanya kekeruhan mengenai
kedua mata dan benjolan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam
waktu lama. Katarak umumnya
merupakan penyakit pada usia lanjut akan tetapi dapat juga akibat kelainan
kongenital.
Dalam
bahasa Indonesia disebut buyar penglihatan seperti tertutup air
terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah keadaan di mana terjadi
kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas,
1998)
B. PATOFISIOLOGI
Secara
normal lensa berwarna transparan. Hal ini terjadi karena adanya keseimbangan
antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam
membran semipermiabel. Bila terdapat peningkatan jumlah protein yang tidak
dapat diserap, maka terjadi penurunan sintesa jumlah protein. Maka jumlah
protein dalam lensa berlebihan, sehingga pada lensa terdapat massa yang
transparan atau bintik kecil di sekitar lensa dan membentuk suatu kapsul.
Terjadinya penumpukan cairan, degenerasi dan disintegrasi pada serabut
menyebabkan jalannya cahaya tidak dapat difokuskan pada bintik kuning dengan
baik sehingga penglihatan terganggu.
C.
PENYEBAB K ATARAK
1.Faktor keturunan
2. Cacat bawaan sejak lahir 3.Masalahkesehatan
misalnya diabetes
4.Penggunaan tertentu, khususnya steroid
5.gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus
Melitus)
6.gangguan pertumbuhan
7.Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari
dalam waktu yang cukup lama
8.Rokok dan Alkohol
9.Operasi mata sebelumnya
10.Trauma (kecelakaan) pada mata
11.Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
D.TANDA DAN GEJALA
1.Pengelihatantidak
jelas seperti ada kabut yangmenghalangi obyek
2. Peka terhadap sinar.
3. Kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat / merasa di ruang gelap
4.Tampak kecoklatan /
putih susu pada pupil
5.Penglihatanganda
saat melihatsatubenda dengansatumata, gejala ini terjadi saat katarak bertambah
luas.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul:
1) Glaucoma
2) Ablasio
retina
F.PENATALAKSANAAN
a.medis
Salahsatucara pengobatan katarak adalahdengancara pembedahan,yaitu lensa
yangtelahkeruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa
intra okuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai
kaca mata khusus (kacamata aphakia).
b.keperawatan
Untuk mencegahkatarak adalah dengan menjaga polamakan bergizi yang
baikuntukproses metabolisme,seperti konsumsibuahdan sayuran serta menjaga
agartidak terjadi trauma atau kecelakaan pada mata.
G.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan
sensori sekunder akibat katarak.
Kriteria evaluasi:
a.
Meningkatkan ketajaman penglihatan.
b.
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c.
Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a.
Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
b. Orientasikan klien terhadap
lingkungan, staf dan orang lain di sekitarnya.
c. Dekatkan barang-barang yang
diperlukan (piring, gelas, dan lain-lain).
d. Anjurkan keluarga untuk membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2) Ansietas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang prosedur bedah invasif yang akan dilaksanakan.
Kriteria evaluasi:
a.
Tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup.
b.
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c.
Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a.
Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
b. Orientasikan klien terhadap lingkungan,
staf dan orang lain di sekitarnya.
c. Dekatkan barang-barang yang
diperlukan (piring, gelas, dan lain-lain).
d. Anjurkan keluarga untuk membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
POST OPERASI
1) Perubahan kenyamanan berhubungan dengan
trauma jaringan sekunder akibat operasi ekstraksi katarak.
Kriteria evaluasi:
Mengatakan bahwa sakit
telah terkontrol/dihilangkan.
Intervensi:
a.
Kaji karakteristik nyeri.
b. Berikan tindakan kenyamanan dan
aktivitas hiburan.
c. Berikan lingkungan yang tenang
(kondusif) untuk istirahat.
d.
Ajarkan teknik relaksasi.
e.
Kolaborasi pemberian anastesi.
2)
Gangguan sensori – perseptual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori /
status organ indera, lingkungan secara terapeutik dibatasi.
Kriteria evaluasi:
a. Meningkatkan ketajaman penglihatan
dalam batas situasi individu.
b.
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c.
Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a.
Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
b.
Orientasikan klien terhadap lingkungan.
c. Observasi tanda-tanda, dan
gejala-gejala disorientasi.
d.
Dekatkan dari sisi yang tidak di operasi, bicara dan menyentuh.
e. Perhatikan tentang suram atau
penglihatan kabur dan iritasi mata.
f. Ingatkan klien untuk memakai kaca
mata katarak yang tujuannya memperbesar ± 25%.
g. Letakkan barang yang dibutuhkan
dalam jangkauan pada sisi yang tidak di operasi.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
prosedur invasif.
Kriteria evaluasi:
a. Meningkatkan penyembuhan luka tepat
waktu, bebas drainage purulen, eritrema dan demam.
b. Mengidentifikasi intervensi untuk
mencegah /menurunkan resiko infeksi.
Intervensi:
a. Diskusikan pentingnya mencuci tangan
sebelum menyentuh / mengobati mata.
b. Gunakan teknik yang tepat untuk
membersihkan mata dari dalam keluar dengan tissue basah / bola kapas setiap
usapan.
c. Tekankan pentingnya tidak menyentuh
/ menggaruk mata yang di operasi.
d. Observasi / diskusikan tanda terjadinya
infeksi.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian antibiotik.
4) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan
peningkatan TIO, perdarahan intra okuler, kehilangan vitreous.
Kriteria evaluasi:
a. Menyatakan pemahaman faktor yang
terlibat dalam kemungkinan cedera.
b. Menunjukkan perubahan perilaku, pola
hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
Intervensi:
a.
Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri, pembatasan
aktivitas, penampilan balutan mata.
b. Beri klien posisi bersandar, kepala
tinggi, atau miring ke sisi yang tidak sakit sesuai keinginan.
c. Batasi aktivitas seperti
menggerakkan kepala tiba-tiba, menggosok mata membungkuk.
d. Dorong napas dalam, batuk untuk bersihan
paru.
e. Anjurkan penggunaan teknik manajemen
stress.
f. Pertahankan perlindungan mata sesuai
indikasi.
g. Minta klien untuk membedakan antara
ketidaknyamanan dan nyeri mata tajam tiba-tiba.
h. Observasi pembengkakan luka, bilik
anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.
i.
Kolaborasi pemberian Antipiretik, Analgesik.
5) Kurang pengetahuan tentang prosedur,
kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan dokumentasi mengenal sumber
informasi, keterbatasan cognitive.
Kriteria evaluasi:
a.
Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan. Tampil santai,
dapat beristirahat / tidur cukup.
b. Melakukan dengan prosedur benar dan
menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi:
a.
Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur / lensa.
b.
Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.
c. Informasikan klien untuk menghindari
tetes mata yang dijual bebas.
d. Diskusikan kemungkinan efek / interaksi antara
obat mata dan masalah medis klien.
e. Anjurkan klien menghindari membaca,
berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, meniup hidung.
f. Dorong aktivitas pengalih seperti
mendengar radio.
g. Anjurkan klien tidur terlentang,
mengatur intensitas lampu dan menggunakan kaca mata gelap bila keluar /dalam
ruang terang.
h. Dorong pemasukan cairan adekuat /
gejala memerlukan upaya evaluasi medis.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas S. 2005. Penuntun Ilmu
Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. hal: 128-136.
Ilyas S. 2008. Ilmu
Penyakit Mata. ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 200-211
Komentar