Laporan Pendahuluan Bunuh Diri
LAPORAN PENDAHULUAN
BUNUH DIRI
I. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak
diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
klien berada dalam stress yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
Selain itu bunuh diri merupakan tindakan merusak integritas diri atau yang
mengakhiri kehidupan. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri
timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri
atau rencana yang spesifik untuk bunuh diri. Bunuh diri mungkin merupakan
koping terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
II. Proses terjadinya masalah
Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah
atau stressor, respon individu terhadap stressor tergantung pada kemampuan
koping yang dimiliki serta tingkat stress yang dialami. Individu yang sehat
senatiasa berespon secara adaptif dan jika gagal ia berespon secara maladaptif
dengan menggunakan koping bunuh diri.
Ketidak berdayaan, keputus asaan, apatis,
kehilangan, ragu-ragu, sedih, depresi serta yang paling berat adalah bunuh diri
adalah merupakan sikap individu yang sedang mengalami putus harapan. Individu
yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa
tidak mampu, seolah-olah koping yang biasa bermanfaat mampu mengembangkan
koping yang baru serta yakin tidak ada yang dapat membantu.
Banyak pendapat tentang penyebab dan/atau alasan
individu terdorong untuk melakukan bunuh diri, antara lain adalah :
1.
Kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat
menghadapi stress.
2.
Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan
hubungan interpersonal atau gagal melakukkan hubungan yang berarti.
3.
Perasaan marah atau bermusuhan, bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri.
4.
Cara untuk mengakhiri keputus asaan.
Sebagai tambahan dari faktor dan penyebab
terjadinya bunuh diri (menurut Cook dan Fontaine, (1987), menerangkan dari
masing-masing golongan umur:
1.
Pada anak:
-
Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan, situasi
keluarga yang kacau, perasaan tidak disayang atau selalu dikritik, gagal
sekolah, takut atau dihina di sekolah, kehilangan orang yang dicintai, dihukum
orang lain.
2.
Pada remaja:
Hubungan interpersonal yang tidak bermakna, sulit mempertahankan hubungan
interpersonal, pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan, perasaan
tidak dimengerti orang lain, kehilangan orang yang dicintai, keadaan fisik,
masalah dengan orang tua, masalah seksual, depresi.
3.
Pada Mahasiswa
Self-ideal
terlalu tinggi, cemas akan tugas akademik yang banyak, kegagalan akademik
berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua, kometisi untuk
sukses.
4.
Pada usia lanjut.
-
Perubahan status dari mandiri ke tergantung.
-
Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi.
-
Perasaan tidak berarti dimasyarakat,
-
Kesepian dan isolasi sosial
-
Kehilangan gandar (seperti : pekerjaan, kesehatan,
pasangan).
-
Sumber hidup berkurang.
Tingkah Laku Bunuh Diri
Rentang sehat-sakit pada bunuh diri
:
![]() |
||||
Rentang Harapan-Putus Harapan
![]() |
|||||||
|
|||||||
III. Pohon Masalah
![]() |
|||
![]() |
|||
b.
Masalah keperawatan
dan data yang perlu dikaji
Pengkajian :
Hal utama yang perlu dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat
menentukan tingkat resiko/potensialitas dari tingkah laku bunuh diri :
Data yang perlu
dikaji adalah :
- Tingkat resiko :
Mengkaji
intensitas bunuh diri yang dikenal dengan SIRS (Suicidal intertion rating scale) dikemukakan oleh Bailey dan
Dreyer, 1977.
SCORE 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan
sekarang
SCORE 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan
bunuh diri, tidak
mengancam bunuh
diri.
SCORE 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak
ada percobaan
bunuh diri
SCORE 3 : mengancam bunuh diri, misalnya : tinggalkan
saya sendiri.
Atau saya bunuh
diri.
SCORE 4 : Aktif mencoba bunuh diri.
- Faktor Predisposisi/pendukung
Meliputi : faktor usia, jenis kelamin, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, sosialisasi, penyakit fisik, penyakit
mental, penggunaan obat dan alkohol.
- Faktor pencetus (strassor Presipitasi)
a.
Psikososial dan klinik
-
Keputus asaan
-
Ras kulit putih
-
Jenik kelamin laki-laki
-
Usia lebih tua
-
Hidup sendiri
b.
Riwayat
-
Pernah mencoba bunuh diri.
-
Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri.
-
Riwayat keluarga tentang penyalah gunaan zat.
c.
Diagnostik
-
Penyakit medik umum
-
Psikosis
-
Penyalahgunaan zat.
- Perilaku
a.
Ketidak patuhan
b.
Pencederaan diri
c.
Perilaku bunuh diri.
-
Ancaman bunuh diri
-
Upaya bunuh diri
-
Bunuh diri
- Faktor-faktor dalam pengkajian klien merusak diri
a.
Lingkungan upaya bunuh diri
-
Presipitasi peristiwa yang menyakitkan
-
Tindakan persiapan
-
Penggunaan cara kekerasan
b.
Petunjuk gejala :
-
Keputus asaan
-
Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak
berharga
-
Alam perasaan depresi
-
Agitasi dan gelisah
-
Insomnia yang menetap
-
Penurunan berat badan
-
Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari
lingkungan sosial.
c.
Penyakit psikiatrik
-
Upaya bunuh diri sebelumnya
-
Kelainan efektif
-
Alkoholisme dan/atau penyalahgunaan obat.
-
Kelainan tindakan dan depresi pada remaja.
-
Dimensia dini dan status kekacauan mental pada lansia.
-
Kombinasi kondisi tersebut.
d.
Riwayat Psikososial
-
Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan.
-
Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang
baru dialami.
-
Hidup sendiri
-
Stress kehidupan multiple (pindah, kehilangan, putus
hubungan yang berarti, masalah sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin)
- Faktor penyebab
a.
Kegagalan adaptasi
b.
Perasaan terisolasi
c.
Perasaan marah/bermusuhan.
d.
Cara untuk mengakhiri keputusasaan
e.
Tangisan minta tolong
- Sumber koping
Urutan tingkah
laku bunuh diri (Durkheim)
a.
Bunuh diri efoistik
b.
Bunuh diri
altruistik
c.
Bunuh diri
anomik
- Mekanism koping
-
Denial/menolak
-
Rasionalisasi
-
Intelektualisasi
-
Regresi
Masalah keperawatan
1.
Resiko cider
2.
Prilaku merusak diri : Bunuh diri
3.
Persepsi halusinasi
4.
Isolasi sosial : menarik diri
5.
Gangguan konsep diri : HDR, gangguan citra tubuh.
6.
Koping individu tak efektik.
7.
Keputus asaan
8.
Gangguan komunikasi verbal
9.
Penurunan motivasi merawat diri
10. Defisit
perawatan diri.
IV. Diagnosa keperawatan
1.
Resiko cidera b.d perilaku merusak diri : bunuh diri.
2.
Prilaku merusak diri : bunuh diri b.d halusinasi.
3.
Perubahan sensori persepsi : halusinasi b.d isolasi
sosial : menarik diri.
4.
Isolasi sosial : menarik diri b.d HDR.
5.
Gangguan konsep diri : HDR b.d koping individu tak
efektif.
6.
Koping individu tak efektif b.d keputus asaan
7.
Defisit perawatan diri b.d penurunan motivasi merawat
diri.
V. Rencana Tindakan Keperawatan
DX. 1. Resiko
cidera b.d prilaku merusak diri : bunuh diri
Tujuan umum : Tidak terjadi resiko
cidera.
Rencana tindakan
No
|
Tujuan khusus
|
Tindakan keperawatan
|
1.
|
Pembinaan
hubungan saling percaya
|
1.
Bina hubungan saling percaya dengan klien
-
salam therapeutik
-
perkenalan diri
-
jelaskan tujuan berinteraksi
-
ciptakan lingkungan yang tenang
-
buat kontrak yang jelas setiap pertemuan
|
2.
Berikan perhatian dan penghargaan.
Temani klien walau klien tidak menjawab katakan
“saya akan duduk disamping Bapak jika ingin mengatakan sesuatu saya siap
mendengarkan”.
Jika klien
menatap perawat, katakan “ada yang ingin Bapak bicarakan”.
|
||
3.
Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya dan dengarkan penjelasan klien dengan empati.
|
||
2.
|
Klien mengerti
tentang definisi bunuh diri
|
1.
Diskusikan dengan klien tentang definisi bunuh diri
2.
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan tentang
definisi bunuh diri (Suicide).
|
3.
|
Klien mampu
menyebutkan penyebab klien mau bunuh diri
|
1.
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
alasan/penyebab klien mau bunuh diri.
2.
Diskusikan akibat dari perbuatan bunuh diri.
|
4.
|
Klien dapat
mengontrol prilaku bunuh diri
|
1.
Diskusikan dengan klien tentang koping adaptif dan
maladaptif.
2.
Diskusikan dengan klien tentang koping adaptif yang
bisa dilakukan.
3.
Hadapkan klien dengan realita kehidupan bahwa setiap
manusia mempunyai khilaf dan dosa tetapi bukan berarti harus bunuh diri
sebagian jalan penyelesaiannya.
4.
Beri pujian atas jawaban yang diberikan.
|
Kriteria Evaluasi
1.
Pada Klien
-
Klien mampu mengungkapkan persepsinya secara spontan.
-
Tidak terjadi cidera terhadap klien
-
Klien mengerti tentang definisi bunuh diri (suicide)
-
Klien dapat menjelaskan pada perawat penyebab bunuh
diri dengan kata-kata sendiri.
-
Klien mampu berinteraksi dengan orang lain.
2.
Pada Keluarga.
-
Mampu berkomunikasi dengan klien secara therapeutik
-
Mampu mengurangi penyebab klien bunuh diri




Komentar